Medianasionalcakrawala.com, Kayuagung – Debat pertama bagi kandidat Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) akan segera berlangsung pada Jumat malam, 1 November, di Hotel Novotel Palembang. Momentum ini menjadi salah satu panggung strategis bagi para pasangan calon untuk menyampaikan visi dan misi mereka kepada masyarakat, sekaligus menguji kesiapan mereka dalam menghadapi berbagai tantangan yang dihadapi OKI di masa depan.
Dalam debat ini, dua tema utama akan menjadi landasan pembahasan untuk menggali pemahaman para calon terkait isu pembangunan dan kesejahteraan masyarakat.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) OKI melalui Divisi Perancangan Data dan Informasi, yang diwakili oleh Hadi Irawan, memastikan bahwa seluruh kandidat telah menerima informasi mengenai tema debat ini. Muhammad Irsan, Ketua KPU OKI, menegaskan bahwa tema yang dipilih bukan hanya sekadar formalitas, namun merupakan isu-isu krusial yang relevan dengan kebutuhan masyarakat OKI saat ini.
“Kami ingin memastikan bahwa mereka siap dengan materi debat,” ungkap Hadi, yang menyampaikan pernyataan ini pada Kamis (31/10), sehari sebelum acara digelar.
Selain menjadi ajang untuk melihat kemampuan para calon dalam merespons isu aktual, debat perdana ini juga memberi masyarakat kesempatan untuk mengevaluasi dan mempertimbangkan pilihan mereka. Acara ini akan disiarkan langsung, sehingga masyarakat di berbagai wilayah dapat menyaksikan proses debat dan mengambil keputusan yang tepat dalam memilih pemimpin OKI untuk lima tahun ke depan.
Pada debat perdana ini, tema “Kesejahteraan Masyarakat” akan menjadi fokus pertama dalam agenda. Tema ini mencakup beberapa subtema utama yang krusial, di antaranya adalah pertumbuhan ekonomi daerah, pendapatan per kapita, pemerataan ekonomi, serta ketimpangan pembangunan yang diukur melalui rasio gini. Para kandidat diharapkan mampu memberikan gagasan konkret dalam mengatasi persoalan-persoalan tersebut serta menyampaikan program-program unggulan yang dirancang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Selain itu, pengelolaan keuangan daerah menjadi subtema penting, di mana setiap pasangan calon akan diuji pemahamannya terkait pengelolaan fiskal dan strategi keuangan yang berkelanjutan. Dalam hal ini, calon bupati dan wakil bupati diharapkan dapat memberikan solusi untuk meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) serta mengelola anggaran secara efisien, khususnya dalam menghadapi tantangan ekonomi hijau dan dampak kerusakan lingkungan.
Menurut Hadi, pemilihan tema ini berangkat dari tantangan nyata yang dihadapi oleh Kabupaten OKI dalam mengelola sumber daya alam. Sebagai wilayah yang kaya akan sumber daya alam, OKI membutuhkan pendekatan tata kelola yang bijaksana untuk menjaga keseimbangan antara pembangunan dan kelestarian lingkungan.
Tema kedua debat, yakni “Memajukan Daerah,” dirancang untuk mengangkat isu-isu strategis yang relevan dalam pengembangan ekonomi lokal. Subtema dalam tema ini mencakup investasi daerah, hilirisasi produk, serta pengembangan komoditas, jasa, dan usaha unggulan yang bisa mendukung perekonomian OKI. Para kandidat diharapkan bisa menyampaikan rencana-rencana untuk mengatasi kendala investasi dan memperkuat daya tarik OKI sebagai tujuan investasi yang berkelanjutan.
Pengembangan komoditas lokal menjadi salah satu topik yang menarik dalam debat ini. Sebagai daerah dengan potensi agrikultur yang besar, banyak pihak berharap bahwa program-program unggulan dapat membantu OKI menjadi pusat produksi komoditas berkualitas di tingkat provinsi maupun nasional. Panelis dan masyarakat menantikan bagaimana para kandidat akan mengimplementasikan strategi hilirisasi produk untuk meningkatkan nilai tambah serta menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan.
Dalam debat ini, lima panelis yang berpengalaman di bidangnya masing-masing akan mengajukan pertanyaan dan memberikan penilaian terhadap setiap kandidat. Para panelis dipilih dari kalangan akademisi dan pakar di OKI serta Sumatera Selatan, guna memberikan perspektif mendalam terhadap isu-isu yang dihadapi kabupaten ini. Kehadiran panelis diharapkan dapat membantu mengarahkan diskusi menjadi lebih berbobot, sehingga debat ini tidak hanya sekadar ajang promosi, tetapi juga menjadi sarana edukasi bagi masyarakat mengenai permasalahan daerah.
Dalam tema kesejahteraan, panelis akan menyoroti bagaimana masing-masing pasangan calon memprioritaskan program untuk menanggulangi ketimpangan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sementara dalam tema memajukan daerah, panelis akan mengkaji kelayakan rencana para calon dalam menarik investasi, mengembangkan produk lokal, dan merangsang pertumbuhan sektor usaha yang berkelanjutan.
Penyelenggaraan debat di luar Kabupaten OKI sempat memunculkan tanda tanya di kalangan masyarakat. Namun, menurut Hadi, keputusan memilih Hotel Novotel Palembang sebagai lokasi acara didasarkan pada alasan keamanan dan netralitas. Dengan menyelenggarakan debat di Palembang, KPU berharap dapat meminimalkan risiko yang mungkin terjadi jika debat dilakukan di lokasi yang lebih dekat dengan para pendukung masing-masing calon.
“Kami tidak menemukan lokasi yang memadai di OKI, sehingga Palembang menjadi pilihan yang lebih baik,” jelas Hadi. Pihak KPU juga telah berkoordinasi dengan Polres OKI, Polrestabes Palembang, dan Polda Sumsel untuk memastikan keamanan acara ini. Dengan langkah antisipasi ini, KPU berharap debat berjalan lancar dan kondusif, tanpa gangguan yang bisa merusak jalannya acara.
Sebagai bentuk komitmen terhadap netralitas, KPU OKI menetapkan aturan ketat bagi para peserta debat. Setiap kandidat hanya diperbolehkan membawa 75 orang pendukung tanpa atribut politik apa pun. Ketentuan ini diberlakukan untuk menjaga kesan netral dan mencegah timbulnya ketegangan di antara pendukung kedua calon. Selain itu, acara debat dijadwalkan mulai pukul 19.00 WIB dan berakhir pada 21.00 WIB, dengan harapan semua peserta dapat hadir tepat waktu dan mematuhi peraturan yang telah ditetapkan.
Bagi masyarakat OKI yang tidak dapat hadir secara langsung, debat ini akan disiarkan melalui saluran televisi lokal dan platform media sosial, sehingga masyarakat di pelosok desa sekalipun tetap bisa mengikuti proses ini dari jarak jauh. (Eyik)