Mengapa Fasilitas Publik Selalu Jadi Sasaran Amarah Massa

Jakarta,Cakrawala-Kerusuhan pasca-demonstrasi di Jakarta kembali menyisakan kerusakan serius pada fasilitas umum. Enam halte TransJakarta terbakar, enam belas rusak, dan belasan jembatan penyeberangan penuh coretan serta pecahan kaca. Pemandangan ini menegaskan pola lama: setiap kali amarah sosial meledak, halte dan jembatan penyeberangan hampir selalu jadi korban.

 

Fenomena ini bukan baru. Dari 1998, 2019, 2020 hingga kini 2025, fasilitas publik menjadi sasaran pelampiasan massa. Alasannya sederhana: halte adalah wajah negara yang paling dekat, mudah dijangkau, minim penjagaan, dan penuh makna simbolik. Dalam psikologi sosial, kemarahan yang gagal disampaikan kerap mencari sasaran terdekat dan paling lemah.

 

Namun merusak halte bukan hanya kerugian material. Ia mencederai martabat kota dan merobek ruang hidup bersama. Karena itu, halte perlu dibangun lebih kokoh, modular, tahan api, sekaligus berbasis komunitas. Dengan keterlibatan warga, halte tak sekadar ruang tunggu, melainkan ruang kebersamaan yang dijaga bersama.

 

Pertanyaannya, berapa lama lagi fasilitas publik harus terus menjadi “korban tetap” setiap kali letupan sosial meledak.(Ef)

 

Oleh: Muhamad Akbar – Pemerhati Transportasi