Ada Apa: DLHK Pekanbaru Bungkam Soal Proyek Pot Bunga Miliaran di Depan Hotel Mayang Garden

Pekanbaru,Cakrawala-Proyek pembuatan pot bunga raksasa di depan Hotel Mayang Garden kembali menuai sorotan keras. Bukan hanya karena bentuk dan penempatannya yang dinilai merusak estetika kota, tetapi juga karena anggaran miliaran rupiah yang digelontorkan untuk proyek yang disebut-sebut tidak punya urgensi bagi masyarakat.

 

Pot bunga dengan diameter lebih dari satu meter itu kini berdiri mencolok di tepi jalan—lokasi yang dinilai tidak memiliki fungsi tata ruang, tidak estetis, dan justru mengganggu keindahan Kota Pekanbaru yang selama ini disebut-sebut sebagai salah satu kota modern di Indonesia. Banyak pihak menilai, pot sebesar itu semestinya ditempatkan di kawasan taman kota atau alun-alun, bukan di badan jalan.

 

Kritik juga muncul karena selama ini banyak aset pot bunga milik Pemko hilang, rusak, dan tidak pernah jelas pertanggungjawabannya. Namun proyek baru kembali digelontorkan, seakan tidak belajar dari pengalaman sebelumnya.

 

Yang lebih menggelitik publik adalah dugaan proyek “jadi-jadian” dan aroma bagi-bagi uang APBD, terutama ketika anggaran miliaran rupiah hanya menghasilkan pot bunga yang dituding tidak ada manfaatnya bagi masyarakat.

 

Sampai berita ini diterbitkan, Plt. Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Pekanbaru, Reza Aulia Putra, S.IP., M.Si., tidak merespon konfirmasi resmi yang dikirimkan awak media terkait:

 

* Apa urgensi pembuatan pot bunga raksasa tersebut?

 

* Berapa total anggaran yang digelontorkan?

 

* Bagaimana pertanggungjawaban aset pot bunga sebelumnya yang hilang dan rusak?

 

* Mengapa pot bunga ditempatkan di tepi jalan, bukan di wilayah terbuka luas?

 

Diamnya Plt. Kadis DLHK ini justru semakin memicu spekulasi publik: ada apa di balik proyek ini?

Belum ada jawaban, belum ada klarifikasi, belum ada penjelasan. Yang ada justru pertanyaan besar: siapa yang sebenarnya diuntungkan?

 

Proyek yang seharusnya mempercantik kota justru menjadi bahan cibiran. Pot bunga yang berdiri itu kini dianggap simbol dari kebijakan yang tidak visioner, pemborosan anggaran, dan lemahnya integritas birokrasi.

 

Sementara masyarakat berharap anggaran miliaran itu digunakan untuk hal yang lebih mendesak—mulai dari perbaikan drainase, pengelolaan sampah, hingga ruang terbuka hijau yang benar-benar fungsional—Pemko justru sibuk menanam pot bunga di tepi jalan.(Ef)