Padang Panjang,Cakrawala-Kecelakaan maut kembali terjadi. Bus Antar Lintas Sumatera terguling di ruas jalan Bukittinggi–Padang, Selasa (6/5/2025). Dua belas orang tewas seketika. Nyawa melayang di jalanan yang semestinya dijaga negara. Tapi keselamatan kini jadi barang mewah, karena anggaran untuk menjaganya justru dipangkas.
Kita sedang hidup dalam negara yang tak lagi menjamin keselamatan rakyatnya. Fungsi pengawasan dan pembinaan operator angkutan berhenti total. Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk keselamatan telah lenyap. Program Sistem Manajemen Keselamatan (SMK) terhenti. Tak ada lagi monitoring teknis dengan daerah. Bahkan KNKT pun kekurangan anggaran untuk investigasi kecelakaan.
84 persen kecelakaan di Indonesia disebabkan rem blong dan sopir kelelahan. Tapi tidak ada kewajiban overhaul rem berkala. Tidak ada pengaturan jam kerja pengemudi. Tak ada standar kesehatan fisik dan mental seperti yang diterapkan pada pilot dan masinis. Inilah bentuk pembiaran yang sistemik.
Tren kecelakaan terus naik:
* 2020: 101.496 kejadian
* 2021: 105.860 (+4,3%)
* 2022: 139.422 (+31,7%)
* 2023: 150.491 (+7,9%)
* 2024: 145.599 (turun tipis, -3,2%)
Siapa korbannya? Anak muda dan usia produktif. Data Korlantas 2024 menyebut kelompok usia 6–25 tahun menyumbang 39,48% korban kecelakaan, sementara 25–55 tahun sebesar 39,26%. Generasi emas justru tumbang di jalan sebelum sempat menyumbang prestasi.
Jika keselamatan terus dianggap enteng, jangan heran bila setiap moda transportasi darat menjadi ladang kematian. Kita tidak butuh janji atau pidato motivasi. Kita butuh penganggaran serius, regulasi yang adil antar moda, dan keberanian politik untuk menyelamatkan nyawa.
Jangan tunggu pejabat jadi korban. Nyawa rakyat bukan angka statistik. Sudah waktunya Menteri Perhubungan dan Presiden bertindak nyata. Aktifkan kembali Direktorat Keselamatan Transportasi Darat. Prioritaskan keselamatan sebagai agenda nasional, bukan korban efisiensi anggaran.
Oleh : Djoko Setijowarno
Akademisi Teknik Sipil Unika Soegijapranata, Wakil Ketua MTI Pusat
pewarta : Efialdi