Kupang,MN Cakrawala– Transportasi laut menjadi tulang punggung mobilitas warga di Nusa Tenggara Timur (NTT), wilayah kepulauan yang terdiri dari pulau besar dan kecil. Di tengah mahalnya biaya transportasi udara, kehadiran kapal perintis bersubsidi dari Kementerian Perhubungan menjadi penyelamat warga dan penggerak ekonomi daerah 3T.
Menurut Kepala KSOP Kelas III Kupang, Simon Bonefasius Baon, saat ini terdapat empat armada kapal perintis yang berpangkalan di Kupang. Dua di antaranya dioperasikan PT Pelni — Sabuk Nusantara 90 dan Sabuk Nusantara 79, sedangkan dua lainnya oleh operator swasta — Sabuk Nusantara 55 dan 38. Kapal-kapal ini melayani rute antarpulau di NTT bahkan hingga ke Maluku Barat Daya (MBD).
“Kapal perintis menjadi andalan masyarakat menengah ke bawah di NTT. Tanpa kapal subsidi, mereka akan kesulitan mengakses Kupang maupun daerah lain,” ujar Simon.
Selain angkutan penumpang, kapal perintis juga berperan penting dalam distribusi logistik dan hasil bumi, seperti jagung, kopra, kemiri, serta ikan segar dari daerah-daerah produksi menuju Kupang. Barang-barang kebutuhan pokok pun dikirim ke wilayah-wilayah 3T melalui jalur laut dengan tarif terjangkau.
NTT juga menjadi sentra ternak sapi dan kuda nasional. Karena itu, pemerintah menyiapkan kapal khusus pengangkut ternak — di antaranya Cemara Nusantara 1–5 — yang melayani pengiriman sapi dari Kupang ke Jawa, Kalimantan, hingga Sumatra. Kebijakan ini memperlancar distribusi daging nasional dan meningkatkan pendapatan peternak lokal.
Pemerintah menyalurkan subsidi Rp1,95 triliun untuk layanan kapal perintis dan kapal ternak dari total subsidi transportasi Kemenhub sebesar Rp4,39 triliun tahun 2024. Subsidi ini mencakup 105 trayek perintis laut dan 6 trayek kapal ternak di seluruh Indonesia.
Meski terbukti mendorong ekonomi rakyat, layanan kapal perintis di NTT masih menghadapi dua tantangan besar: cuaca ekstrem dan keterbatasan SDM pelayaran. Hingga kini, NTT belum memiliki Politeknik Pelayaran berstandar nasional, sehingga kebutuhan pelaut masih dipasok dari luar daerah.
Kapal perintis bukan sekadar moda transportasi — ia adalah jembatan hidup yang menghubungkan harapan masyarakat pulau-pulau kecil di NTT dengan pusat pertumbuhan ekonomi.
Sumber : Ki Darmaningtyas , peneliti di INSTRAN (Inisiatif Strategis untuk Transportasi)
Pewarta : EF