Jakarta,Cakrawala– Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) menyambut positif kehadiran Direktorat Jenderal Integrasi Transportasi dan Multimoda (Ditjen ITM) di bawah Kementerian Perhubungan. Bagi MTI, Ditjen ITM bukan sekadar lembaga baru, tetapi jawaban atas kebutuhan lama: menyatukan kebijakan, sistem, dan layanan transportasi nasional yang selama ini terfragmentasi.
> “Ini bukan soal tumpang tindih, tapi soal membangun rumah bersama bagi semua moda,” ujar Ketua Umum MTI, Tory Damantoro.
Melalui policy brief bertajuk “Membangun Arsitektur Integrasi Transportasi Nasional”, MTI menegaskan bahwa integrasi bukan hanya soal menyambung halte dan stasiun, tapi juga menyatukan sistem digital, layanan, dan kelembagaan agar perjalanan masyarakat dan logistik berjalan mulus dari ujung ke ujung.
Tiga fondasi integrasi yang didukung MTI adalah:
1. Interoperabilitas digital
2. Konektivitas fisik
3. Kesinambungan layanan
Prof. Agus Taufik Mulyono, Ketua Majelis Profesi dan Etik MTI, menyebut Ditjen ITM sebagai “penjaga irama nasional” yang menyelaraskan kebijakan antar direktorat, bukan mengambil alih peran mereka.
MTI juga mengusulkan roadmap transisi kelembagaan hingga 2028, pembentukan badan eksekutif lintas direktorat (BEPI), serta standarisasi layanan terpadu di bidang fisik, sistem, dan pelayanan.
Lebih jauh, MTI mendorong hadirnya Forum Nasional Integrasi Transportasi, peningkatan kapasitas SDM melalui sertifikasi lintas moda, dan pembangunan dashboard nasional untuk jadwal, tiket, dan pelacakan barang.
> “Integrasi bukan hanya soal efisiensi, tapi juga soal keadilan—agar semua wilayah dan semua orang bisa terhubung,” tegas Prof. ATM.
MTI menutup dengan komitmen: siap menjadi mitra strategis pemerintah untuk mendorong integrasi yang inklusif, efektif, dan berkelanjutan.(Ef)













