Pekanbaru,Cakrawala-Gubernur Riau Abdul Wahid kembali melontarkan wacana manis: open bidding atau assessment kepala sekolah SMA/SMK sederajat. Sekilas terdengar mulia — ingin melahirkan pemimpin sekolah yang inovatif, berdedikasi, dan berkomitmen memajukan pendidikan di Bumi Lancang Kuning.
Tapi, publik Riau sudah terlalu sering mendengar janji seperti ini.
Sudah berapa kali jabatan kepala sekolah dikatakan “akan segera diisi lewat seleksi terbuka”? Faktanya, di lapangan, kursi-kursi itu justru lama kosong atau diisi oleh pelaksana tugas yang tidak punya kewenangan penuh. Sementara mutu pendidikan di Riau jalan di tempat — dari fasilitas rusak, kualitas guru timpang, hingga sekolah-sekolah yang masih kekurangan tenaga pengajar.
Kalau benar ingin mencari “kepala sekolah terbaik”, mengapa tak dimulai dari pembenahan sistem rekrutmen dan pengawasan yang selama ini sarat kepentingan? Jangan-jangan, open bidding ini hanya nama baru dari proses lama yang tetap dikendalikan oleh kepentingan politik dan titipan jabatan.
Assessment tanpa integritas hanya akan melahirkan pejabat pendidikan yang pandai menyusun laporan, tapi gagap di lapangan.
Rakyat Riau butuh hasil, bukan seremoni pengumuman yang indah di media.
Selama goodwill tak diiringi good system, maka dunia pendidikan di Riau akan terus jadi ladang eksperimen — tempat janji-janji reformasi pendidikan dibiarkan membusuk di atas tumpukan berkas asesmen yang tak pernah menyentuh realita sekolah.
Sumber : MCR
Pewarta : Ef