Banten,Cakrawala-Saat ribuan jurnalis kehilangan pekerjaan, negara seolah hanya menonton. Ketika media-media besar — Kompas TV, RRI, TVRI, hingga ratusan media swasta — memangkas pekerjanya, yang terdengar dari pemerintah hanyalah keheningan, bukan kebijakan.
Kemenaker sibuk mendata angka, bukan menyelamatkan nasib. Kemkomdigi justru bangga menyetor PNBP, tapi menutup mata pada fakta: industri pers sedang sekarat. Media yang dulu jadi benteng demokrasi, kini runtuh satu per satu. Bukan karena tak berkualitas, tapi karena dibiarkan bertarung sendirian di tengah tsunami digital.
Pekerja pers tak hanya kehilangan gaji, mereka kehilangan marwah. Mereka pernah jadi ujung tombak penyampai suara rakyat. Kini, suaranya diredam, tergantikan oleh buzzer dan akun anonim yang dijadikan alat propaganda.
Apakah pemerintah puas melihat media independen berguguran, sementara media sosial dipenuhi hoaks, fitnah, dan kebencian? Di mana negara saat ruang publik dikuasai oleh algoritma dan uang?
Sudah cukup rakyat dibuai janji transformasi digital, sementara pekerja media dibuang seperti sampah industri. Kemenaker dan Kemkomdigi harus berhenti jadi penonton. Buat kebijakan nyata! Berikan perlindungan kerja bagi jurnalis! Ciptakan regulasi yang adil bagi media digital! Hentikan pembiaran terhadap matinya ruang publik yang sehat!
Sebab kalau pers mati, demokrasi tak butuh pembunuh. Ia akan bunuh diri, pelan tapi pasti dibungkam oleh diamnya mereka yang punya kuasa.
Sumber : Jacob Ereste
Pewarta : Efialdi