Rangkaian Pencurian di Binawidya: Empat Kasus, Nol Penyelesaian

Pekanbaru,Cakrawala-Kasus pencurian kendaraan bermotor (curanmor) dan pembongkaran rumah (curat) telah lama menghantui masyarakat Kota Pekanbaru. Ironisnya, meski laporan sudah masuk sejak tahun lalu, hingga kini kepolisian belum juga menunjukkan hasil yang jelas.

 

Salah satu kasus menimpa Syafrianto, warga Jalan Cipta Karya, Gang Auri IX, Kelurahan Sialang Munggu, Kecamatan Tuah Madani. Ia melaporkan kehilangan sepeda motor milik keluarganya ke Polsek Binawidya, Polresta Pekanbaru pada Juli 2024.

 

Peristiwa itu terjadi pada Jumat (12/7/2024) sekitar pukul 18.30 WIB. Istri Syafrianto baru saja memarkir Honda Beat Street warna hitam tahun 2019 dengan nomor polisi BM 3976 AAQ di depan rumah. Motor yang terkunci stang itu raib hanya dalam hitungan menit.

 

Motor tersebut terdaftar atas nama anaknya, Reski Aufarindo, dengan nomor rangka MH1JFZ211KK499650 dan nomor mesin JFZ2E-1498454. Kasus ini teregister dalam Laporan Polisi Nomor: LP/B/499/VII/2024/SPKT/Polsek Binawidya/Polresta Pekanbaru/Polda Riau.

 

Istri korban, Azimar, menumpahkan kekecewaannya:

 

_”Yang hilang itu Honda saya, saya sudah melapor ke kantor polisi, disuruh sabar dulu Pak. Saya tunggu-tunggu, sudah berbulan-bulan, tapi belum ada juga kabarnya.”_

 

Azimar bahkan sempat mendengar kabar adanya penangkapan lebih dari 80 unit sepeda motor Honda. Namun ketika anaknya mengecek ke lokasi, motor mereka tidak ada di antara barang bukti.

 

_”Kemarin ada kabar dari teman-teman Facebook, ada ketangkap Honda 80 lebih, sudah pergi ke sana anak saya, tapi tidak ada Honda Pak, tidak ada Honda saya. Sampai sekarang belum ketemu,” ujarnya getir._

 

Tak berhenti di situ, Azimar mengaku heran dengan sikap salah seorang tetangganya yang mendadak berubah pascakejadian. Bahkan, orang tua tetangga itu sempat datang menawarkan “bantuan” dengan syarat tertentu.

 

_”Dia nawari jasa, katanya kalau ada uang Rp 3 juta bisa dicoba tanyakan ke kawannya. Tapi saya tidak menanggapi,” ungkapnya._

 

Hanya dua hari berselang, pada Minggu (14/7/2024), kasus pembobolan rumah terjadi tak jauh dari lokasi pertama. Tati Khairani melaporkan rumahnya dibongkar pencuri. Perhiasan emas dan sejumlah barang elektronik lenyap, dengan kerugian ditaksir mencapai Rp 200 juta.

 

Kasus tak berhenti di situ. Korban lain, Sinaga, juga mengalami pembobolan rumah saat ia dan keluarga menghadiri pesta.

 

_“Kami pergi jam setengah 10 pagi, rumah sudah terkunci rapat. Saat kembali sore, rumah sudah berantakan. Uang, laptop, gitar, dan tabung gas hilang,” ujar Sinaga._

 

Namun laporan itu justru disambut dingin di kantor polisi.

 

_“Petugas bilang sistem rusak. Kami cuma diminta tinggalkan nomor HP. Katanya akan dihubungi, tapi sampai hari ini tak ada satu pun yang menelepon,” tambahnya kecewa._

 

Yang lebih mengejutkan, ini adalah kasus pencurian keempat dalam radius 100 meter dari rumah Sinaga. Namun tak sekalipun ada penyelidikan lapangan.

 

_“Kami mohon, tolonglah tanggapi laporan masyarakat. Jangan dibiarkan terus. Polisi jangan tidur,” seru Sinaga._

 

Puncaknya terjadi pada Kamis (5/9/2024). Seorang warga bernama Sugianto menjadi korban berikutnya. Rumahnya dibobol, emas dan dokumen berharga raib, termasuk BPKB kendaraan. Total kerugian ditaksir Rp 70 juta, namun sampai saat ini belum ada berita dari polisi

 

Empat kasus dalam waktu kurang dari dua bulan di lokasi berdekatan. Empat laporan polisi. Nol progres. Situasi ini memperlihatkan pola mencemaskan: lingkungan yang rapuh, aparat yang lemah, dan kepercayaan publik yang terus terkikis.

 

Satu tahun penyelidikan tanpa hasil adalah tamparan keras bagi wajah penegakan hukum di Pekanbaru. Warga pun bertanya:

 

_“Apakah keamanan masyarakat masih menjadi prioritas Polsek Binawidya?”_

 

Sementara itu, Kapolsek Binawidya Kompol Ihut Manjalo Tua, MH melalui Kanit Reskrim Ipda Santo Morlando, SH, saat dikonfirmasi terkait penanganan laporan tersebut hingga berita ini ditulis belum memberikan keterangan resmi.(Tim/Ef)